GEMOR nya Orang Batak

Masyarakat adat Batak memiliki sistem dan pranata adat yang berbeda di setiap marga dan huta (kampung) mereka. Walaupun secara umum mirip, masing-masing marga dan huta memiliki kedaulatan penuh atas wilayah mereka sendiri. Oleh karena itu, ada ungkapan Batak yang mengatakan "si dapot solup do na ro," yang berarti bahwa orang atau marga yang datang dari luar komunitas huta harus mengikuti ketentuan atau aturan adat yang berlaku di huta tersebut.



Prinsip ini berlaku sebaliknya ketika mereka meninggalkan huta mereka untuk pergi ke luar. Mereka harus mengikuti ketentuan adat yang berlaku di tempat tersebut. Dalam hal merencanakan dan membuat keputusan, musyawarah adat biasanya diadakan di mana seluruh warga huta harus hadir dan memberikan pendapat hingga tercapai kesepakatan. Ini berarti semua komponen marga di huta tersebut harus hadir, termasuk tonggo raja, ria raja, pangarapotan, dan lainnya.


Oleh karena itu, sangatlah aneh jika saat ini ada rencana musyawarah masyarakat adat Batak yang diinisiasi oleh marga tertentu yang tidak tinggal di Tano Batak untuk membicarakan Tano Batak. Ada juga yang merencanakan musyawarah adat tersebut di luar Tano Batak dengan hanya mengundang beberapa orang marga. Ini jelas melanggar prinsip "si dapot solup do na ro" yang telah menjadi tradisi masyarakat adat Batak selama bertahun-tahun.


Dalam hal ini, penting bagi masyarakat adat Batak untuk memperhatikan prinsip dan aturan adat yang telah ditetapkan dan diwariskan secara turun-temurun. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan hidup masyarakat adat Batak, serta untuk memperkuat identitas budaya mereka.   


Gemor adalah istilah yang ditujukan kepada seseorang oknum yang berkelakuan rakus dan egois. Tapi yakinlah sebagai orang Batak, barang siapa yang mencoba merusak dan mengubah tatanan dasar-dasar adat Batak akan menerima resiko kutukan. Jadi hal ini untuk mengingatkan saja. Jangan mengambil keuntungan dengan cara mengindahkan dasar dan aturan paradaton.


Hal ini bukan "politisasi" adat batak, ini lebih pada "pemanfaatan" adat batak untuk kepentingan tertentu. Persoalannya, sampai sejauh mana kita memanfaatkan adat batak itu untuk tujuan yang mau dicapai.

HAMORAON, HAGABEON DAN HASANGAPON, adalah cita-cita yang mau dicapai sebagai orang batak baik secara individu maupun secara kelompok. Ini harus dibedakan dengan sistem budaya dalihan natolu. Dalihan natolu bukan sebuah statifikasi sosial, tetapi sebih pada "kesetaraan". 

Karena setiap individu orang batak, bisa mendapatkan posisi ketiga unsur dalam dalihan natolu dalam waktu dan tempat yang berbeda. Dan dalihan natolu inilah sebagai landasan "Demokrasi" masyarakat Batak. Didalam setiap pranata hidup orang Batak harus berlandaskan Dalihan Natolu, baik dalam pesta adat ntah itu kelahiran, perkawinan dan kematian, maupun dalam kehidupan sehari-hari baik dalam soal sosial, ekonomi dan politik.

Sebagai individu orang Batak, bisa saja mengatakan anak ni raja, manang boruni raja, tetapi pada waktu dan tempat yang berbeda, ini yang harus lebih dipahami agar tidak salah langkah.


Adat dipolitisasi merupakan salah satu dampak dari adagium hamoraon-hagabeon-hasangapon, yang didahulukan adalah kekayaan (materialisme). karena itu sempat disebut: manggalangdo mula ni harajaon. Galang sudah diartikan traktir makan, menyogok orang banyak secara tidak langsung. yang berikan servis itu ada tujuan lain, di luar tujuan sosial.



Di kalangan orang batak di perantauan, terutama Jakarta, terpatri pemahaman bahwa adat itu adalah kesepakatan. Artinya, apa yang disepakati (diputuskan) dengan acuan Dalihan Natolu dalam tonggo raja, ria raja, pangarapotan dan lainnya, itulah yang dilaksanakan baik dalam suka maupun duka. 

Tidaklah aneh, jika ada orang batak merencanakan musyawarah masyarakat adat batak (yang diinisiasi beberapa orang dan beberapa marga saja) untuk membicarakan tano batak. Karena itu adalah proses demokrasi menuju kesepakatan. Persoalannya, tercapaikah kesepakatan yang mengacu kepada Dalihan Natolu? Atau jangan-jangan yang muncul pasca musyawarah adat adalah perpecahan/konflik, seperti biasa?.


Comments
0 Comments


EmoticonEmoticon