10 Alasan alm. Josua Hutabarat dan Pemuda Batak Pantang Melakukan Pelecehan Seksual

 1. Josua dan setiap laki-laki orang Batak sangat mencintai ibunya dan setiap ibu yang yang dikenalnya diperantauan akan dianggap sebagai ibunya sendiri.


2. Josua dan setiap pemuda Batak adalah pecinta sejati, cinta dan hubungan intim adalah berharga hanya akan dilakukan dan diberikan kepada wanita yang telah direstui ibunya sendiri.


3. Bagi Josua dan pemuda Batak kehormatan sebuah hubungan jauh lebih penting dan berharga dari sebuah kenikmatan sesaat.


4. Josua dan pemuda Batak dilahirkan dari wanita Boru niraja yang sangat terhormat akan selalu memperlakukan wanita dimanapun dan kapanpun sebagai Boru niraja.


5. Bagi Josua dan pemuda Batak ibu dan itonya adalah sangat berharga akan selalu terbersit tanya "bagaimana jika itoku atau mamakku diginikan" ketika melihat sikap atau tindakan tidak menghargai perempuan.


6. Mamaknya Josua dan semua pemuda Batak akan selalu bertanya dengan penuh kasih "nungnga adong donganmu Amang...? Sotung disegai ho dah Amang..!" Sebuah nasihat yang akan selalu dipegang untuk memperlakukan wanita manapun dengan baik. 


7. Ada Ruhut Ruhut paradaton, etika kesantunan berbahasa dan tutur yang sangat kuat dalam budaya Batak yang membuat Josua dan semua pemuda Batak sangat menghargai perempuan (inang bao, Anggi Boru, pariban, nantulang, dll) adalah Ruhut Ruhut yang membuat kita semua tidak akan bersikap kurang ajar.


8. Josua dan pemuda Batak telah dibekali nilai nilai hidup sejak sekolah Minggu, naposo Bulung dan pemuda gereja tentang bagaimana hidup setara tanpa memandang rendah pada perempuan.


9. Josua dan semua pemuda Batak mampu memberikan cinta yang sama besar kepada semua ibu sebesar cintanya kepada ibunya sendiri.


10. Josua dan semua pemuda Batak akan sangat menghargai dan mengingat setiap kebaikan sekecil apapun dari seorang ibu selain ibunya sendiri.




KAMI BATAK, KAMI MENCINTAI PEREMPUAN DAN MENINGGIKAN SETIAP PEREMPUAN SEBAGAI BORU NIRAJA.

KAMI BISA SAJA KASAR TAPI TIDAK PADA PEREMPUAN.

KAMI BISA SAJA MEMBUNUH TAPI TAK AKAN PERNAH MELECEHKAN PEREMPUAN.


BERSYUKURLAH PARA ITO-ITOKU, PARIBAN, NANTULANG, NAMBORU DLL KETIKA KAMU TERLAHIR SEBAGAI BORU BATAK.

KARNA KALIAN LAH BORU NIRAJA KAMI.

SALAM SANTUN JAGA MARWAH NILAI KEBATAKAN YANG SANGAT TINGGI

Read More

Ayam Dalam Persepsi Masyarakat Batak

 Signifikansi ayam dalam kehidupan leluhur dulu nampak dari jejak unggas dalam migrasi bangsa Austronesia asal Kepulauan Asia Tenggara ke pulau-pulau di Pasifik. Ayam adalah hewan yang mereka pilih utk dibawa menyusuri samudera ke tempat hidup yg baru.



Selain hewan kucing (yang dianggap sakral sebagai pendampingnya Sangiang Serri/Dewi Padi), ayam kerap dijumpai dalam cerita rakyat Sulawesi Selatan sbg hewan istimewa. Contohnya di ukiran Pa'manuk Londong pada Tongkonan Toraja ini. 


Ayam di posisikan di atas. Di epos La Galigo, tokoh Sawerigading punya seekor ayam jantan sakti bernama La Dunrung Sereng. Ia bisa terbang bagaikan burung hingga ke luar angkasa, bisa membesarkan dirinya dan kerap pula dijadikan sebagai mata-mata Sawerigading. 


Dalam sebuah kisah pra-Islam Bugis, seekor ayam bernama La Puté Innongkinnong membantu tuannya, La Dadok, untuk naik ke atas langit bertemu dengan dewa tertinggi di kahyangan: Datu Patotoé.

Ayam dianggap sebagai hewan yang bisa menjembatani dunia manusia dengan dunia gaib.


Dalam epos dan sejarah turun temurun masyarakat batak juga kerap menjumpai sosok unggas yg satu ini Seperti:

  • Manuk Hulambujati
  • Manuk Patiaraja
  • Manuk Mandoangdoang
  • Manuk Nanggur Daha
  • Manuk Nanggur Dawa


Dalam kosmologi batak ke 5 Manuk/ayam ini adalah Sesuatu yg Sakral. Dan juga Ayam adalah tatanan adat Dalam masyarakat batak contohnya saja dalam sajian mangupa/manonbah seorang pasti ada Olahan ayam seperti:

  • Manuk susun di Batak Mandailing & Batak Angkola
  • Manuk Sangkep di Batak Karo
  • Manuk Tuk di Batak Pakpak
  • Dayok Nabinatur di Batak Simalungun
  • Manuk Naniatur Di Batak Toba 


Dan salah satu fakta unik nya seperti dalam Kosmologi Jawa dan Juga Hindu Telur ayam menjadi Titik awal mula Kehidupan. Dan juga Masyarakat Austronesia dahulu saat bermigrasi dari Taiwan hewan pertama yg dibawa adalah ayam, lalu migrasi kedua leluhur leluhur bangsa Austronesia membawa Anjing dan juga Babi. 


Jadi sejak dahulu hubungan Nenek moyang kita sudah erat dengan ayam, oleh Karena itu Legenda tentang ayam pun lazim di Indonesia. Dan juga selain ayam, nenek moyang kita lazim mengkonsumsi Babi dan Juga Anjing pada saat itu, Oleh sebab itu tradisi memakan Anjing dan Babi sampai saat itu Lazim Dalam kehidupan masyarakat Austronesia. 



(Oleh: Kenn Alfarezi Nasution)

Read More